Jumlah pesawat Citilink menyusut selama pandemi Covid-19.
Director of Human Capital PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Aryaperwira Adileksana mengatakan jumlah armada Citilink yang melayani penumpang kini tinggal 34 unit.
“Di Citilink yang tadinya 51 pesawat sekarang menjadi 34 pesawat,” kata Aryaperwira dalam rapat bersama Komisi V DPR, Selasa, 28 Juni 2022.
Berkurangnya jumlah pesawat terjadi karena maskapai menonaktifkan sejumlah rute dan memangkas frekuensi selama pandemi Covid-19.
Induk perusahaan Citilink, Garuda, juga mengalami penyusutan jumlah armada dari 142 unit menjadi 33 per Juni.
Aryaperwira menuturkan Garuda Indonesia Group memiliki rencana jangka panjang untuk menambah jumlah pesawat.
Seiring dengan pemulihan industri penerbangan, perseroan berencana meningkatkan armada Citilink menjadi 49 unit hingga akhir 2023.
“Kami akan segera kembali menerbangkan sebagian pesawat yang kami sewa dan kami operasikan,” katanya.
Ia berujar, ke depan, Garuda Indonesia Group akan menambah frekuensi penerbangan dan membuka rute-rute baru sesuai dengan kebutuhan penumpang.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Nur Isnin Istiartono, memaparkan data penyusutan jumlah pesawat yang dioperasikan oleh maskapai dalam negeri selama pandemi Covid-19.
Dia mengungkapkan jumlah pesawat servicable per Juni 2022 turun 40 persen ketimbang 2019 atau pra pandemi.
“Saat ini pesawat yang servicable di data kami sampai minggu lalu adalah AOC 121 jumlahnya 336.
Sedangkan AOC 135 adalah 222 yang servicable.
Ini menurun 40 persen dari sebelum pandemi 561 di AOC 121 dan AOC 135 sebanyak 304 unit,” ucap Isnin.
Menurut Isnin, kondisi kekurangan jumlah pesawat merupakan tantangan bagi industri maskapai ke depan.
Salah satu upaya yang dilakukan seiring dengan bertambahnya pergerakan penumpang adalah meningkatkan kapasitas armada.
Isnin menyebut, berdasarkan data Kementerian Perhubungan, saat ini terdapat 70 penambahan armada pesawat yang didaftarkan kepada regulator.
“Ini tidak lepas dari kita meningkatkan kapasitas perawatan pesawat MRO dalam negeri dan optimalisasi produksi operator,” ucap dia.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini